BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

KERAJAAN TARUMANEGARA (ABAD-7M)

Adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia setelah kerajaan Kutai. Berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan bahwa kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat.

A. Sumber Sejarah
Benda-benda yang dapat digunakan sebagai sumber sejarah antara lain : prasasti, arca, dan berita asing (berita Cina).
1. Prasasti.
Peristiwa sejarah dianggap sebagai bagian dari ilmu pengetahuan apabila didukung dengan bukti-bukti akurat, berupa tulisan (prasasti), maupun peninggalan yang masih ada. Prasasti menjadi bukti sejarah yang sangat akurat, karena di dalamnya terdapat penanggalan (angka tahun) kapan benda tersebut dibuat, siapa yang berkuasa, serta isi yang tersirat. Prasasati-prasasti di Indonesia pada umumnya tertulis dalam bahasa SanKata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang undang atau tulisan”skerta dan menggunakan huruf Pallawa, hal tersebut. Menunjukkan bahwa kebudayaan di Indonesia dipengaruhi kebudayaan India. Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain :
a. Prasasti Kebon Kopi,
Ditemukan di kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor.
Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan Dewa Wisnu.
b. Prasasati Tugu
Ditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuat batu bulat panjang melingkan dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui  dari prasasti tersebut. Prasasti tersebut menerangkan penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sungai Gomati sepanjang 6.122 tumbak oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman. 
c.  Prasasti Cidanghyang atau prasasti Munjul, ditemukan di aliran sungai Cidanghyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Berisi pujian kepada raja Purnawarman.
d.  Prasasti Ciaruteun, Ciampea Bogor

Prasasti tersebut terletak di badan sungai Ciaruteun. Prasasti ini adalah peninggalan kerajaan Tarumanegara yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa  Sansekerta.
e.  Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal, yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
f.   Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di Bukit  Koleangkak, perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat kota Bogor. Prasasti juga menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, serta terdapat gambar telapak kaki, yang isinya memuji pemerintahan Paja Purnawaman.
g.  Prasasti Pasir Awi,  ditemukan di daerah Leuwiliang, Bogor. Juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. (atlantissunda/prasasti-peninggalan-arumanegara).
Berdasarkan temuan prasasti-prasasti di atas menunjukkan bahwa kerajaan Tarumanegara menganut agama Hindu.
2.    Arca
a.  Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta, menggambarkan rajasrsi yang  menggambarkan sifat-sifat Wisn-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Sywa dari abad  II.
b.  Arca Wisnu Cibuaya I
Diperkirakan dari abad ke-7, arca tersebut memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kamboja, Siam, dan Semenanjung Melayu.
c.  Arca Wisnu Cibuaya II ( di desa Cibuaya )
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala pada abad ke 7-8, yaitu tentang jenis batu yang digunakan, bentuk arca dan laksananya, bentuk badan, serta makuta (anakciremai.com/makalah-sejarah-tentang-sejarah)
3.    Berita Cina yang ditulis oleh Fa Hien ( Musafir Cina ) :
a.  Berita Fa Hien, tahun 414 M. dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi, menceritakan bahwa di Ye-po-ti (“Jawadwipa) hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Budha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama kotor (maksudnya : beragama Hindu).
b. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 M dan 635 M telah datang utusan dari To-lo-mo (“Taruma”) yang terletak di sebelah selatan.
c. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 M dan 669 M, telah datang utusan dari to-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah to-lo-mo secara  fonetis, penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma. Kerajaan Tarumanegara diperikrakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasasti-prasasti tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon.
Ditemukannya banyak prasasti menunjukkan bahwa di Jawa Barat telah berkembang kerajaan Tarumanegara. Pada perkembangan selanjutnya kerajaan Tarumanegara terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Pasundan (sebelah barat) dan Galuh (sebelah timur).
B.    Nilai-nilai sejarah yang dapat dipetik dari kerajaan Tarumanegara adalah :
1.    Masyarakat mengakui bahwa raja adalah tokoh yang dipercaya oleh para dewa (pengatur alam semesta), hal ini ditunjukkan dengan adanya gambar tapak kaki dewa Wisnu yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
2.   Adanya penggalian sungai Gomati dan Candrabhaga atas perintah raja Purmawarman menunjukkan bahwa kerajaan Tarumanegara telah memiliki pengetahuan cara mengatasi banjir yang selalu melanda daerah kekuasaannya.
3.  Letak prasasti yang tersebar di wilayah Jawa Barat menunjukkan bahwa kekuasaan raja mendapat pengakuan masyarakat luas. Sebab yang memiliki kewenangan menulis prasasti adalah penguasa tertinggi, yaitu raja. Hal tersebut menggambarkan bahwa raja Purnawarman mendapat  pengakuan dan legitimasi dari masyarakat di daerah Jawa  bagian Barat
Comments
0 Comments